Komplotan metallic hardcore/heavy rock asal Banda Aceh, To Fused and Fuzzed terus bergerak dan aktif di kancah lokal hari ini. Meski baru berumur pendek, hardcore kids Serambi Mekah ini kerap mengeluarkan karya-karya segarnya. Pasca merilis EP berjudul Too Hard To Be Soft, Too Soft To Be Hard di akhir tahun 2022 dan melaksanakan ibadah tur menelusuri pulau Sumatra (meliputi tujuh titik). Pada tahun ini To Fussed and Fuzzed Kembali menjalankan ibadah tour untuk E.P kedua mereka yang bertajuk “Banda Shiganshina” kali ini mereka akan mengujungi Malaysia, West Borneo, Pulau Jawa dan Sumatera.
Grup yang dihuni oleh Fuad Muhammad Iseff alias Bearhead (vokal), Purnama Ramadhan (gitar), Dopan Rehayatsyah alias Dope (gitar) dan Noval Apriliansyah alias Cepot (bass) dan Teuku Romel Fahreza (drum) mengaku banyak terinspirasi dari band-band hardcore terkini yang berhaluan gaya lama seperti End It, Trapped Under Ice hingga Mindforce dan Balcony serta Puppen sebagai penghormatan kepada musikus lokal.
Hallo To Fussed and Fuzzed , bisa memperkenalkan diri terlebih dahulu?
Hallo aku Fuad (vocal),Purnama (Gitar),Noval (Bass),Romel (Drum) ,dan Dopan (Gitar).
Bisa di deskripsikan musik yang kalian mainkan untuk EP Banda Shiganshinsa?
Fuad : Kalo untuk EP kedua kita “Banda Sihigasina” pertama untuk judul kita ambil referensinya karena aku pribadi suka nonton Attack on Titan. Jadi ada kota sheena yang di tutup sama tembok gitu yang kita gambarin kayak kita di Aceh yang kayak gatau dunia luar dan agak close minded sih, tidak semua tapi dominan gitu.
Yang kedua untuk musik di EP kedua ini referensi kita sedikit batasin di Trapped Under Ice yang album 2009 , terus Mindforce sama Speed.Untuk Indonesia nya kita dengerin Balcony dan Puppen.
Persiapan kalian utuk tour kali ini apa saja?
Fuad : Persiapan untuk tour kali ini pastinya mental sama fisik , sisanya sih Kapital ya . Jadi sebelum tour kita udah siapkan kapital kita jauh-jauh hari dari nabung persiapannya, perhitungannya seperti apa paling itu aja persiapan nya.
Purnama : Sama restu dari istri-istri , anak ,yang penting restu dulu dan Alhamdulilahnya dapet restu semuanya jadi kita bisa jalan dengan hati yang senang dan yuhu hahahaha.
Fuad : So far sejauh ini Alhamdulilah lancer-lancar aja tour nya, dan semua titik yang kita sambangin menyenangkan jujur sangat menyenangkan. Dan ini juga sangat menyenagkan apa tadi Tasikmalaya aing euy anying ya hahahhha.
Bisa diceritakan keseruan kalian di kota-kota yang menjadi titik tour sebelum kota Tasikmalaya?Fuad : Keseruannya pertama ya bukan standard sih tapi dalam artian kita jadi tau juga isu sosial politik disana ada beberapa yang memang membuat kita mengerutkan dahi, ih ada ya kasus seperti ini ya atau apa yang terjadi di scene ada yang seperti ini, ada yang juga yang plot twist kayak tiba-tiba ada orang gigit badan pelaku skena lainnya gitu-gitu lah. Tapi hal yang paling penting kayaknya kuliner.
Dopan : Paling wajib kuliner, di beberapa daerah ada juga yang kita belum pernah coba mungkin kayak laksa Kuching , terbaik.
Fuad : Tadi kita juga makan nasi jeruk nya istri bang Sandi “Sarkas” buat itu enak, no debat . Sebenarnya tour kita ini berkedok kuliner lokal hahahaha.
Scene musik underground di Aceh sendiri seprti apa? Bisa di ceritakan untuk para pembaca di sini
Fuad : Kalo scene musik di Aceh sekarang lagi seru-serunya, lagi berkembang kalo misalnya di kita emang di sana mostly metal dalam artian itu metalcore ya yang dominan. Tapi untuk generasi sekarang sih untuk pop punk sama hardcore nya udah mulai , gen z udah mulai banyak sih biarpun memang ada beberapa tidak semua memang musik dulu yang masuk baru basic prinsip secara movement nya tapi itu gak ada masalah sih. Kita fikir yang biar ada aja dulu kalau pun nanti beberapa orang yang bakal in to ke situ pasti bakal bertahan lama sih.
Dopan: Biasanya yang disana liat teman-temannya udah ngeband udah mulai buat karya atau segala macam, mudah-mudahan ngikut.
Fuad : Sebenarnya sekarang lagi asik-asiknya, lagi sexy-sexynya sekarang. Malah udah gak kayak out of number lagi, karena kan pada saat itu untuk crowd dan scene disana sempat ramai, tetapikan kalau kalian tau sempat ada bencana tsunami , nah tsunami itu juga menelan korban jiwa dari beberapa pelaku musik dan scene juga para penonton tapi sekarang kayaknya udah ada regenerasi baru.
Berarti itu diluar dugaan kami yang berfikiran kalo disana agak terbatas dengan aturan syariat islam
Fuad : Ya syariatnya tetap berjalan tapi maksudnya tetap ada proses ya kita sama-sama menganggap syariat itu bukan hambatan tapi special saja, sisanya kita tinggal menyesuaikan saja. Kayak misalnya disana untuk festival besar di pisah antara cewek dan cowok, kalau small gigs seperti ini biasanya sih ngga papa. Sisanya kayak jam-jam sholat ga boleh ada kegiatan acara, kalau malam itu di mulai setelah isya. Jadi rata-rata flyer di Aceh itu kalian bisa cek , kalo acaranya malam tulisannya itu misalnya tiket tukarnya jam 7 malam atau after isya.
Agenda kalian setelah tour ini
Fuad : Lagi masak-masak soal album lah di tahun depan mungkin nanti kalo itu beres ya tour lagi kayaknya , mungkin itu aja agenda nya.
Purnama : Kita gitu aja agendanya, bikin karya , plan tour,pulang tour senang-senang lagi , berkarya lagi.
Fuad : Bekerja lagi, nabung lagi,repeat-repeat gitu sih. Sisanya paling kita bikin show kebetulan kita kemaren bikin show tapi kita agak-agak narsisnya pake nama band kita , Namanya TFAF show yang kita undang kawan-kawan untuk main diacara kita tapi kita nya disitu gak main . Kita yang kurasiin , kita yang photoin, kita yang vendor sound. Mudah-mudahan tahun depan kita bisa wujudkan lagi TFAF show yang kedua.