Viscral unit Brutal Death Metal yang terbentuk tahun 2007 dengan beranggotakan Pradia Eggi (vocal), Raden Liga (gitar), Yogi Praja (drum), Faisal Noviandy (gitar), dan Jannova (bass). Telah merilis dua album yaitu “Egocentric Underneath of Horror” pada tahun 2015 via label Rottrevore Records dan “Entrance into Terrifying Imagery” tahun 2021 via label Blackandje Records. Dengan dua album tersebut Viscral medapat perhatian dari scene metal Internasional dengan di undang untuk tampil di event metal terbesar di Jerman yaitu Deathfeast Open Air dan dilanjut dengan melakukan tour Eropa pada tahun 2019 silam bersama Deadsquad.
-Viscral sudah berdiri sejak tahun 2007, bisa kalian ceritakan Kembali momen-momen penting yang membuat kalian memilih brutal death metal sebagai ekspresi musik? Apakah ada kejadian tertentu atau inspirasi yang akhirnya memantapkan langkah kalian untuk memilih genre ini?
Semua band pasti punya proses untuk mendapatkan level ideal. Ideal dalam arti mana yang sesuai kesanggupan dan mana yang enjoy ketika dilakukan. Viscral pun mengalami hal ini, proses yang tidak mudah dilakukan dalam waktu yang singkat. Bicara musik pasti terbentuk karena selera, selera pun bisa jadi dilema namun kami tetap berusaha menyatukan semua selera dengan semua personil pada garis “Death Metal dan Brutal Death Metal”.
-Bagaimana reaksi komunitas musik lokal terhadap genre Brutal Death Metal pada waktu itu, dan apa tantangan terbesar yang kalian hadapi sebagai band baru?
Reaksi komunitas positif,apalagi tahun kami terlahir kami klaim sebagai tahun-tahun di mana musik Death Metal menjamur. Bisa dibilang dimana-mana ada acara Death Metal, banyak yang mau mendengarkan Death Metal , dan lain-lain. Tantangan yang kami hadapi bukan persaingan, justru bagaimana survive di musik ini, punya pendengar setia, sampai memunculkan pendengar baru. Itu saja.
-Bagaimana kalian menavigasi skena musik di Bekasi pada waktu itu, dan apakah ada band atau Musisi lokal yang berperan besar dalam perjalanan awal karir kalian?
(Navigasi skena musik di Bekasi) Bekasi bisa di sebut salah satu kota penghasil musik Brutal Death Metal yang tidak kenal kompromi dalam berkarya, karena mereka bisa melahirkan karya sesukanya dan berhasil membuat karya itu dikenal berbahaya. Seperti band-band yang lebih dulu hadir di Bekasi. Secara umum tidak subjektif, namun dukungan teman-teman di Bekasi sudah sangat baik.
-Album debut kalian, Egocentric Underneath of Horror, berhasil mendapat perhatian di kancah Internasional. Bisa kalian ceritakan bagaimana proses kreatif di balik album ini? Apa cerita unik atau tantangan yang kalian hadapi saat proses rekaman?
Egocentric Underneath of Horror kami sebut sebagai album mati-matian di kala band ini cukup lama meramu materi album. Proses kreatif kita lakukan 70% di studio, sisanya workshop di rumah sampai berantem bareng-bareng. Tantangannya kita di hadapi shift yang terbatas, ujian yang unik satu personil harus membereskan 9 lagu dalam proses recording masing-masing hanya satu shift. Ini kita hadapi karena pada saat itu kami belum ada deal sama sekali dengan label manapun.
-Dalam album ini, lirik dan aransemen kalian sangat brutal dan teknikal. Apakah ada pesan atau filosofi yang ingin kalian sampaikan melalui lagu-lagu di album ini? Seberapa besar pengaruh kultur lokal atau global dalam menciptakan konsep musikal di album pertama? Apakah kalian terinspirasi dari tema-tema budaya horror, fiksi, atau pengalaman pribadi?
Soal lirik dan aransemen Cuma dirancang sesuai kemampuan aja, enggak ada pesan tersirat dari lagu mana pun. Semu akita kembalikan gimana personel sanggup membuat dan bisa bertanggung jawab memainkannya saat live.
-Penampilan kalian di Korea merupakan salah satu langkah besar bagi Viscral. Apa yang membuat kalian tertarik untu tampil di Korea Selatan, dan apa espektasi kalian dari audiens di sana?
Korea mengundang kami untuk tampil, tapi kami tidak tahu sebenarnya akan tampil bersama Cephalotripsy. Tentu ini kesempatan yang baik untuk menutup tour Asia tahun ini bersama Metalgear Music. Ekspektasi kami semoga bisa dihadiri banyak audiens, apalagi banyak metalhead Indonesia yang berada di Korea. Enggak sabar banget untuk datang ke Seoul.
-Mempersiapkan konser Internasional tentu tidak mudah. Apa saja elemen yang kalian perhatikan khusus untuk penampilan di Korea, baik dari segi teknis maupun mental?
Kalau persiapan kami penuhi syarat dokumen jadi hal paling utama sebelum mampir ke Negara lain. Secara teknis, seperti biasa harus selalu siap dengan segala situasi panggung dan harus bisa maksimal. Kalo soal mental, happy-happy aja.
-Apakah ada tantangan atau kejutan yang kalian temui dalam proses persiapan untuk tampil di panggung Internasional ini?
Kejutannya sih ini pertamma kali kami manggung di Korea Selatan dan ternyata untuk bisa ke Korea syarat dokumen cukup rumit sama seperti mampir ke Eropa tahun 2019 lalu.
-Selain musik, apakah ada buku, film, atau bahkan video game yang berpengaruh pada cara kalian menulis lagu atau mengonsep album?
Mostly yang memberikan pengaruh musik Viscral berasal dari musik juga, sama ego masing-masing aja. Ada beberapa persen terinspirasi dari kisah serial killer.
-Jika Viscral harus membuat soundtrack untuk film atau serial tv, genre apa yang paling cocok dengan genre kalian?
Film Thriller tematik murder, psychopath, dan revenge.
-Setiap orang punya guilty pleasure. Apa musik atau lagu yang benar-benar berbeda dari Death Metal tapi kalian nikmati diam-diam?
Semua personil termasuk gue sendiri masih dengerin musik Pop, Cuma bedanya kita gak bisa bawain musik itu. Ternyata main pop lebih susah dari pada main musik Death Metal. Pernah coba mainin di studio dan hasilnya berantakan. Gue pribadisering cari musik Post-Rock, entah kenapa gue nyaman dengan musik ini. Gue lebih suka mencerna musik dari instrument lain.