EP Traktat Sengketa Manusia menjadi Rilisan Spesial Dari Critizen Di Penghujung Tahun 2024

CRITIZEN Salah satu bentuk non-formatif dari standar berkarya kolektif. Critizen pertama kali terbentuk sebagai komuni yang (akhirnya disebut band) sekitar tahun 2019, kami tak terlalu ingat persisnya tak terlalu penting pula. Bersua lewat gawai karena jarak dan ongkos yang menyebalkan, maka terjadilah reuni beberapa manusia yang sebelumnya sempat aktif bermain musik di medio 2000-an awal. Kami berusaha tetap berkomunikasi dengan dasar hasrat menelurkan opini dan hamper sepenuhnya abai terhadap penerimaan. Diawali pertemuan Dito, Amenkcoy (RIP) dan Anjar bermuara pada ide membuat karya audio visual. Selanjutnya pada proses berkembangnya si Critizen, bergabunglah Juliansyah, Dedi dan Kiki, yang akhirnya Amenkcoy (RIP) memutuskan untuk berkontribusi pada artwork maupun visual.

  Namun kenyataan berbicara lain, saat proses produksi album Traktat Sengketa Manusia, Amenkcoy (RIP) divonis mengidap masalah kesehatan yang serius hingga Beliau berpulang. Album ini didedikasikan sepenuhnya untuk mengenang kontribusi, support, serta seluruh kebaikan beliau khususnya bagi Critizen. Tanpa referensi musik yang jelas, karena memang hanya bertujuan mencurahkan emosi lewat lirik yang diiringi instrumen maka Critizen merekam beberapa draft tanpa revisi yang akhirnya kami sebut Traktat Sengketa Manusia E.P.

    E.P. ini direcah menjadi hanya empat lagu yang masing-masing terdengar berbeda mood (lebih akrab disebut genre). Menceritakan kembali fakta relasi manusia di skala kecil hingga masif. Yang mayoritasnya ternyata berprioritas pada urusan perut. Penulisan materi dimulai dari kesadaran akan kondisi dimana cincin konsumsi yang dimonopoli oleh beberapa oknum di relasi sosial mengakibatkan kebohongan massal yang tentunya menjalar pada kita semua. Selanjutnya kebohongan-kebohongan tersebut memaksakan perubahan kultur/subkultur yang mengekspos represi dan perendahan nilai kemanusiaan lewat formalitas kekuatan manufaktur ataupun teritori kenegaraan. Pesan tersebut dirangkum menjadi empat lagu dalam Traktat Sengketa Manusia dengan mengulas kembali kejadian lewat sudut pandang personal (red:Critizen).

Total
0
Shares
Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts